Beberapa bulan sebelum Natal, berbagai belahan dunia sudah dipenuhi berbagai dekorasi khas yang berkaitan dengan pohon Natal, Santa Claus, salju, lampu warna-warni, rusa, dan hiasan lainnya. Namun, sejumlah negara justru mayoritas masyarakat Kristennya tidak merayakan Natal pada 25 Desember.
Berikut daftar negara mayoritas Kristen yang tidak merayakan Natal pada 25 Desember.
Rusia
Gereja Ortodoks Rusia merayakan Natal sesuai dengan kalender Julian lama. Hal ini menjadi penyebab perayaan Natal, Paskah, dan hari raya lainnya diperingati 2 minggu kemudian.
Paus Gregorius XIII memperkenalkan baru di Eropa pada 1582. Kalender baru ini mulai diadopsi oleh negara-negara Katolik di Eropa.
Amerika Serikat dan Inggris mulai berhenti menggunakan kalender Julian kuno pada 1752.
Kalender Gregorian mulai diadopsi oleh Rusia pada 1918 berdasarkan keputusan pemerintah Uni Soviet.
Namun, gereja Rusia tidak setuju akan keputusan ini dan tetap bersikukuh merayakan Natal pada 25 Desember kalender Julian, yaitu 7 Januari dalam kalender Gregorian, dilansir dari Bridge to Moscow.
Bahkan saat ini gereja Rusia enggan memperkenalkan terkait kalender Gregorian dengan alasan peraturan Apostolik tidak mengizinkan perayaan Paskah sebelum atau selama Paskah Yahudi.
Belarus
Di Belarus, waktu selama Natal dan Tahun Baru disebut sebagai Kaliady, berasal dari perayaan titik balik matahari musim dingin pra-Kristen atau pagan.
Serupa dengan penganut Ortodoks di Rusia, Belarus merayakan Natal setiap 7 Januari dan menjadi satu hari libur utama dalam kalender keagamaan.
Natal di Belarus didahului dengan masa Prapaskah selama 40 hari yang diakhiri dengan munculnya bintang pertama di langit malam pada 6 Januari, dilansir dari situs resmi Republik Belarus.
Pada malam Natal, semua gereja di Belarus mengadakan kebaktian perayaan yang mencakup Jam Agung, Vesper, dan Liturgi Ilahi St. Basil Agung yang berpuncak dengan Vigil Sepanjang Malam.
sumber: CNNIndonesia.com