BATAMSTRAITS.COM, Jakarta — Presiden Palestina Mahmoud Abbas kembali buka suara soal agresi brutal Israel di Jalur Gaza yang berlangsung hampir dua bulan.
Abbas bahkan menganggap agresi Israel yang kini telah menewaskan lebih dari 20.900 warga Palestina itu lebih mengerikan dibandingkan tragedi Nakba pada 1948.
“Apa yang terjadi di Gaza lebih besar dan mengerikan dibandingkan Nakba pada 1948. Kami ingin penghentian perang di Gaza secara total dan komprehensif, dan juga pengiriman bantuan,” kata Abbas dalam pidato terbarunya di Ramallah pada Selasa (26/12) seperti dikutip Al Jazeera.
Nakbamerupakan sebutan warga Palestina terhadap peristiwa eksodus massal yang menimpa setidaknya 750 ribu orangArab di negara itu pada 1948. Nakba sendiri berarti ‘kehancuran’. Warga Palestina terus memperingati Nakba pada 15 Mei.
Sementara itu, 14 Mei 1948 merupakan hari di mana Kepala Badan Yahudi David Ben-Gurion, mengumumkan pembentukan negara Israel. Namun, harga mahal harus dibayarkan warga Palestina demi terbentuknya negara mayoritas Yahudi tersebut.
Dalam pidatonya, Abbas juga mencibir Amerika Serikat yang selalu menggunakan hak vetonya setiap ada voting resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal gencatan senjata di Gaza.
Abbas juga menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja terus melancarkan agresi ke Jalur Gaza demi membinasakan warga Palestina.
“Rencana Netanyahu dan pemerintahannya itu untuk memusnahkan warga Palestina. Israel ingin mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza dan Tepi Barat,” ucap Abbas seperti dikutip Al Jazeera.
“Harapan datang dan Gaza akan kembali seperti semula dan lebih baik, Insya Allah,” ucap Abbas menambahkan.
Alih-alih menyetop agresi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu malah mengatakan tak akan ada perdamaian di Gaza sebelum milisi Hamas hancur.
Dalam pidatonya pada Selasa, Netanyahu bahkan bersumpah bakal mengintensifkan pertempuran dalam beberapa hari mendatang.
Dia juga mengatakan mendukung pengusiran warga Palestina secara halus dengan narasi “migrasi sukarela.”
Niatan Netanyahu itu datang kala dunia internasional makin berbalik menentang agresi militer Israel yang kian brutal. Sejumlah sekutu Israel seperti Prancis, Inggris, hingga Amerika Serikat bahkan telah mengutarakan kekhawatiran soal operasi militer Israel yang telah memakan banyak korban warga sipil.
Prancis bahkan menjadi negara Barat dan sekutu Israel pertama yang mendesak gencatan senjata segera di Jalur Gaza.
sumber: CNNIndonesia.com