Wednesday, October 16, 2024
HomeInternasionalKejahatan Israel, Gaza jadi 'Penjara Raksasa' sampai Zona Pembantaian

Kejahatan Israel, Gaza jadi ‘Penjara Raksasa’ sampai Zona Pembantaian

BATAMSTRAITS.COM -Agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, sudah memasuki bulan kedua sejak  dilancarkan 7 Oktober lalu.

Serangan-serangan brutal Negeri Zionis telah menewaskan sekitar 18 ribu orang, dengan mayoritas anak-anak dan perempuan.

Warga sipil terus berlarian tak tahu arah, mencari tempat aman lantaran berulang kali diperintahkan untuk evakuasi. Dari utara ke selatan, hingga ke ujung selatan lagi, mereka harus terus berpindah demi menyelamatkan nyawa di dalam “penjara terbuka”.

Jalur Gaza sering disebut-sebut sebagai penjara terbuka, lantaran terperangkap di antara Mesir, Israel, dan Laut Mediterania. Wilayah yang juga dikenal “daerah kantong” itu sudah sejak dahulu di bawah blokade Israel.

Menurut analis Palestina dari International Crisis Group, Tahani Mustafa, Jalur Gaza diblokade Israel sejak kelompok Hamas memenangkan pemilihan umum pada 2006 dan mengendalikan kawasan tersebut.

Sejak itu, Israel melakukan segala cara untuk memastikan Gaza, serta Tepi Barat, menjadi daerah yang terkucilkan.

“Dalam hal membatasi kemampuan investasi, kontrol atas sumber daya Gaza sendiri. Kami baru saja menemukan bahwa Gaza sebenarnya memiliki cadangan minyak dan gas yang, sekali lagi, Israel cegah untuk mereka akses. Ini termasuk sumber daya air mereka sendiri yang dikendalikan penuh oleh Israel,” kata Mustafa, seperti dikutip NPR.

BACA JUGA:   Pasukan Israel vs Hamas Bertempur Sengit di Gaza

Karena isolasi di berbagai lini ini, tingkat pengangguran di Gaza termasuk yang tertinggi di dunia. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), hampir setengah dari populasi Gaza menganggur alias tak bisa bekerja.

Lebih dari 80 persen masyarakat pun hidup dalam kemiskinan.

“Setidaknya selama satu setengah dekade terakhir, situasi sosial ekonomi di Gaza terus menurun,” bunyi laporan UNRWA pada Agustus lalu, seperti dikutip CNN.

Kondisi ini juga berdampak pada kesehatan mental para warga Gaza. Menurut organisasi hak asasi manusia Israel yang berfokus pada kebebasan bergerak warga Palestina, Gisha, masyarakat Gaza mengalami krisis kesehatan mental yang tak tampak.

“Di luar angka-angka tersebut, para profesional kesehatan mental di Gaza menggambarkan adanya sebuah krisis yang tidak terlihat,” ucap direktur eksekutif Gisha, Tania Hary.

Blokade Israel ini juga diperkuat dengan kebijakan ketat Mesir di perbatasan Rafah yang kerap sewenang-wenang terhadap para pelancong Gaza. Rakyat Palestina yang ingin melewati Rafah kerap diperlakukan buruk oleh otoritas Mesir.

Rafah merupakan satu-satunya perbatasan Gaza dengan negara lain selain Israel.

BACA JUGA:   5 Potret Putri Leonor Sang Calon Ratu Spanyol, Pewaris Takhta yang Tengah Jalani Pendidikan Kemiliteran

“Israel dengan bantuan Mesir, telah mengubah Gaza menjadi penjara terbuka,” kata direktur Israel dan Palestina di Human Rights Watch (HRW), Omar Shakir, Juni 2022.

Menurut HRW, blokade Israel ini juga dialami oleh warga Palestina yang ingin bepergian dari dan ke luar Gaza. Otoritas Israel disebut melarang warga Palestina melewati perbatasan Erez untuk ke Tepi Barat.

Untuk bisa ke Tepi Barat, wilayah Palestina yang juga diduduki Israel, warga Gaza harus melewati Israel terlebih dulu. Hal itu lantaran posisi wilayahnya yang berada di antara Israel.

Dengan kondisi demikian, Israel juga melarang pemerintah Palestina mengoperasikan bandara atau pelabuhan di Gaza. Barang-barang juga tak diizinkan keluar masuk Gaza.

sumber: cnnindonesia.com

spot_img
BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA POPULER