Thursday, December 5, 2024
HomeBatamEnergi Bersih untuk Masyarakat Pulau

Energi Bersih untuk Masyarakat Pulau

BATAMSTRAITS.COM, BATAM – Pada suatu malam yang dingin di Pulau Akar, Kota Batam, suasana tenang menyelimuti pulau seluas 250 meter persegi ini. Hembusan angin laut membawa aroma segar dari hasil laut yang baru ditangkap.

Di tengah keheningan malam, Arfen (46) berdiri di depan lemari pendingin sambil memilih ikan hasil tangkapan untuk disimpan.

“Untung ada listrik sekarang, ikan bisa disimpan dalam kulkas,” kata Arfen, tersenyum sambil menata ikan-ikan itu.

Meskipun Pulau Akar terletak dekat dengan pusat kota, hanya memerlukan waktu sekitar sepuluh menit menggunakan perahu mesin dari Jembatan Satu Barelang, namun kondisi di pulau ini sama dengan pulau hinterland lainnya yang masih serba terbatas.

Sebelum ada penerangan yang memadai, sebagian warga hanya mengandalkan lampu minyak seadanya, sementara yang lain menggunakan mesin bertenaga fosil. Namun, dengan hadirnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 152 kilowatt peak (KWP), kebutuhan listrik bagi 170 keluarga di pulau ini menjadi terpenuhi.

Dengan listrik tenaga surya ini, kata Arfen, warga hanya perlu mengeluarkan sekitar Rp50.000 per bulan, tergantung pada pemakaian. Selain lebih murah, PLTS ini beroperasi 24 jam, sehingga warga memiliki keleluasaan untuk beraktivitas di malam hari.

“Ibu-ibu bisa membantu suaminya memperbaiki pukat (jaring), anak-anak juga bisa belajar dan mengerjakan tugas saat malam hari,” tambahnya.

PLTS Pulau Akar dibangun oleh PT PLN Unit Induk Distribusi Riau dan Kepulauan Riau (URKR) pada Oktober 2023 sebagai upaya percepatan dalam menyediakan listrik untuk pulau-pulau yang belum teraliri listrik.

Kehadiran PLTS Pulau Akar diharapkan tidak hanya meningkatkan kualitas hidup masyarakat, tetapi juga menjadi contoh bagi pengembangan proyek serupa di wilayah lain, mendukung Indonesia dalam mencapai tujuan energi bersih dan berkelanjutan.

BACA JUGA:   Tidak Ada Perubahan Jumlah Tempat Pemungutan Suara di Rempang

“PLTS ini juga menyuplai listrik ke fasilitas umum, yakni masjid, sekolah, dan posyandu,” kata Arfen.

Warga lain, Rahmida (40), mengatakan kehadiran listrik ini telah mengubah kehidupan masyarakat karena bisa mengadakan kegiatan bersama di malam hari, seperti pengajian.

Dengan adanya PLTS, tidak hanya aktivitas sehari-hari yang terbantu, tetapi juga sektor ekonomi di Pulau Akar mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Beberapa warga telah memanfaatkan listrik untuk membuka usaha kecil, seperti warung kelontong dan usaha kerajinan tangan.

Selama ini, warga Pulau Akar kesulitan mendapatkan akses listrik karena wilayah tersebut terisolasi dan sulit dijangkau. Penggunaan pembangkit energi hijau ini dipilih sebagai solusi untuk melistriki daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Saat malam semakin larut, pulau ini perlahan-lahan mulai hening. Suara gelombang laut menjadi musik latar yang menenangkan. Di tengah keheningan itu, Arfen teringat pada masa-masa ketika kegelapan menguasai malam mereka.

Dia mengenang saat-saat sulit ketika anak-anaknya terpaksa tidur lebih awal karena ketidakmampuan mereka untuk belajar di tengah kegelapan. Kini, dengan adanya listrik, kenangan pahit itu perlahan-lahan memudar, digantikan oleh harapan dan kebahagiaan baru.

“Listrik ini adalah berkah bagi kami,” ungkap Arfen dengan nada yang penuh haru. “Anak-anak kami bisa menjadi lebih pintar.”

Saat fajar menyingsing, Pulau Akar mulai terbangun. Cahaya lembut matahari membangunkan warga dari tidur untuk menyambut pagi yang baru. Ikan-ikan yang telah disimpan semalaman siap untuk dijual di pasar pagi.

“Dengan listrik, kami tidak hanya bisa bertahan hidup, tetapi juga hidup lebih baik,” kata Arfen, penuh rasa syukur.

Di Pulau Akar juga terdapat seorang bernama Samad (42) dengan keahlian memperbaiki kapal. Sebelum kehadiran PLTS, usahanya sering terhambat karena harus bergantung pada alat-alat manual dan cahaya dari minyak lampu.

BACA JUGA:   PDI Perjuangan Konsisten Sejak Awal Usung Rudi-Rafiq

“Setiap kali malam datang, pekerjaan terpaksa berhenti. Saya tidak bisa melihat dengan baik, dan banyak pekerjaan yang harus ditunda hingga pagi,” kata Samad.

Namun, semuanya berubah sejak PLTS beroperasi. Samad kini dapat menjalankan usahanya dengan lebih efektif.

“Sekarang saya bisa bekerja hingga larut malam jika diperlukan,” katanya.

Samad juga mulai memanfaatkan listrik untuk mengoperasikan peralatan modern yang memudahkan pekerjaannya. Dia menginvestasikan sebagian dari tabungannya untuk membeli mesin bor dan alat pengelasan yang sebelumnya tidak dimiliki.

“Dengan alat yang lebih baik, saya bisa melakukan pekerjaan dengan lebih cepat dan efisien,” ujarnya.

Di tempat lain, pada Rabu (3/4/2024) lalu, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau meresmikan penyalaan listrik 24 jam di Pulau Karas, Kota Batam. Langkah ini dianggap sebagai bagian penting dari program Kepri Terang.

Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, saat peresmian itu menyampaikan rasa syukurnya karena masyarakat Pulau Karas sudah bisa menikmati listrik sepanjang hari. Dia pun meminta warga untuk memanfaatkan listrik dengan baik untuk mendorong kegiatan ekonomi yang produktif.

“Semoga dengan adanya listrik 24 jam, semangat masyarakat semakin meningkat,” ujarnya.

Warga Pulau Karas, Amin (34), menyampaikan rasa syukurnya. “Sejak lahir di pulau ini, baru tahun ini kami merasakan listrik 24 jam. Kami sangat senang karena pemerintah peduli terhadap kami,” katanya.

Sebelumnya, sistem kelistrikan Sub ULP Karas hanya beroperasi selama 14 jam menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel. Kini, dengan terpasangnya daya yang lebih memadai, jumlah pelanggan PLN di Pulau Karas mencapai 638.

Dengan hadirnya listrik 24 jam, diharapkan kehidupan masyarakat Pulau Karas semakin baik. Akses listrik yang lebih baik akan memberikan mereka kesempatan untuk mengejar impian dan meningkatkan kualitas hidup. Sektor-sektor penting seperti pendidikan dan kesehatan pun diharapkan mendapat manfaat dari keberadaan listrik.

BACA JUGA:   PSDKP Berhasil Gagalkan Penyelundupan 795 ribu Benih Lobster ke Vietnam

Adapun Program Kepri Terang yang sedang berjalan saat ini antara lain bantuan pasang baru listrik untuk masyarakat kurang mampu dan yang berada di wilayah 3T, pengadaan dan pemasangan genset serta jaringan listrik di daerah 3T, pengadaan dan pemasangan jaringan tegangan menengah dan rendah, revitalisasi jaringan tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR) di kawasan cagar budaya, warisan, dan kota tua, serta penerangan jalan umum.

“Pada dasarnya, Pemerintah Provinsi Kepri sangat mendukung pembangunan energi berkelanjutan dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT) untuk daerah yang sulit dijangkau jaringan PLN. Salah satu program peningkatan rasio elektrifikasi,” kata Ansar.

Dalam keterangan tertulis pada Jumat (25/10) PLN Batam menyatakan, selain tugas utama sebagai pemasok energi listrik ke PLN Unit Induk Distribusi Riau dan Kepulauan Riau melalui kabel bawah laut serta mengelola pembangkit kecil di pulau-pulau, PLN Batam kini juga telah berhasil mengembangkan PLTS sebagai bagian dari transformasi penyediaan bauran energi bersih bagi pelanggan, mencakup standarisasi pengelolaan pembangkit dan hibridisasi Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan energi terbarukan, serta menyediakan layanan pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik di tujuh lokasi Unit Induk Distribusi, termasuk di Provinsi Kepulauan Riau, Riau, dan Aceh.

PLN Batam juga memastikan bahwa keandalan dalam 10 tahun ke depan dengan menargetkan cadangan margin mencapai 30% dengan mempercepat penambahan pembangkit hingga 2032, di mana pada 2028 PLN Batam mulai memperkuat sistem kelistrikan melalui interkoneksi sistem kelistrikan di Sumatera. (uly)

spot_img
BERITA TERKAIT
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

BERITA POPULER