BATAMSTRAITS.COM, BATAM – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sosialisasikan tiga program baru. Yakni Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting), Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya), dan Gerakan Ayah Teladan (Gate).
Ketiga program ini adalah upaya intervensi stunting di wilayah Provinsi Kepri. Dan bagian dari quick win Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga) atau Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
“Tujuannya adalah bagaimana keterlibatan pemerintah, swasta, maupun perorangan untuk Indonesia Emas 2045, yaitu menjadi orangtua asuh anak stunting atau anak-anak yang bayi di bawah dua tahun (baduta) dari 1000 hari pertama kehidupan,” ujar Kepala BKKBN Kepri Rohina, Jumat (3/1/2024).
Ia mengatakan BKKBN Kepri harus mampu memberikan kontribusi baik dalam memberikan dukungan pada layanan intervensi spesifik maupun sebagai penanggung jawab dalam layanan intervensi sensitif. Diharapkan dapat membuahkan hasil berupa pencapaian target penurunan stunting nasional ke angka 14 persen pada tahun 2024.
Sementara itu, untuk di Kepri, secara keseluruhan sudah banyak pihak pemerintah daerah ataupun vertikal, swasta, perusahaan besar maupun kecil, perbankan, hingga perorangan turut ambil bagian menjadi orangtua asuh stunting.
“Kemarin Kemenkumham sudah berkontribusi. Polda, TNI, itu semua sudah berkontribusi, selain pemda sendiri. Termasuk perorangan yaitu seluruh jajaran dari masing-masing instansi,” katanya.
Bendahara Apindo Kepri dr.Santi Yopie menyampaikan pihaknya komitmen dalam mendukung percepatan penurunan stunting dengan program-program yang dihadirkan oleh BKKBN Kepri.
Ia mengatakan hal tersebut juga upaya untuk menghadirkan calon pengusaha yang baik di masa depan.
“Penganan stunting adalah kewajiban seluruh masyarakat Indonesia.
Kita sebagai Apindo kita juga dukung untuk program ini, karena calon pengusaha juga dari anak-anak bangsa di zaman sekarang. Jadi cegah stunting juga turun menghadirkan calon pengusaha yang baik,” kata Santi.
Adapun bantuan yang diberikan Apindo Kepri untuk anak berisiko stunting, yaitu berupa abon sapi yang ditujukan kepada 100 anak, serta perbaikan instalasi peralatan rumah tangga.
“Target 2025 kita ada rapat internal dengan Apindo. Kita rancang dan akan kita salurkan lagi disini,” ujar dia.
Targetkan 7.131 keluarga dalam program Genting
BKKBN Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menyasar 7.131 keluarga dalam program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting). Rohina mengatakan Genting merupakan gerakan bantuan bahi keluarga berisiko stunting (KRS) melalui kepedulian para pihak sebagai orangtua asuh.
“Hal ini dilaksanakan secara mandiri oleh mitra, difasilitasi oleh PLKB atau kader BKKBN,” ujar Rohina.
Selain melibatkan dari pihak instansi pemerintah daerah maupun vertikal, pihak swasta, serta perorangan, para pegawai BKKBN Kepri juga turut berkontribusi melalui program Genting.
Hingga saat ini, sedikitnya 103 pegawai BKKBN Kepri telah mengambil bagian dalam upaya mengentaskan angka stunting di wilayah setempat.
“Termasuk kami yang di BKKBN berkontribusi walaupun tidak hanya mengajak orang dan mendorong, tapi kami juga mengikuti langkah-langkah itu. Hari ini kami menjadi orangtua asuh sudah 103 orang, termasuk teman-teman yang ada di lapangan seluruhnya menjadi orangtua asuh,” katanya.
Rohina menyampaikan perkembangan intervensi stunting berdasarkan pada Elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) tujuh persen, sementara pada data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 16,8 persen.
“Tapi karena survei, beda dengan pengukuran langsung, kalo survei sekarang sedang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan, Insya Allah awal tahun sudah bisa diketahui berapa prevalensi stunting di Kepri saat ini. Tapi kalau saya mendengar laporan dari teman-teman di lapangan, angka stunting turun dari angka tahun kemarin,” kata Rohina.
Adapun bentuk bantuan yang disiapkan dalam program Genting, yaitu bantuan nutrisi dan non nutrisi. Bantuan nutrisi berupa pemberian pangan lokal kaya protein hewani dengan kecukupan gizi dalam bentuk makanan lengkap siap santap.
Sementara untuk bantuan non nutrisi meliputi bedah rumah, jambat sehat, dapur sehat, hingga air bersih, dengan pembangunan dilakukan sampai dapat dimanfaatkan, serta bantuan lainnya untuk pemberdayaan masyarakat. (uly)